Minggu, 26 Juni 2016

...Dadah, Sloli dan Sangkal...

Assalamu'alaikum... hari ini, tanggal 27, bulan Juni tahun 2016, saya hendak menceritakan suatu kisah sedih nyata.

"Sa, bangun Sa. Sloli mau mati tu.." panggil Mama. Aku terbangun. Kami segera menuju kandang Sloli yang ada di teras depan. Dan aku lihat, Sloli terbaring lemas di kandangnya. Aku langsung down melihatnya. "Anu, si Sangkal mati, Sa. Tuh, di depan rumah." Kata Mama. Si Sangkal itu kucing jantan jalanan yang galaknya minta ampun. Dia itu yang menggigit kucing pertamaku, Probe, sampai mati. Tapi aku tak pernah berpikir dia akan mati. "Tadi sudah mama beri kuning telur, untung dia masih bisa nelannya." Kata Mamaku lagi. Maksudnya yang diberi kuning telur itu si Sloli. Aku keluar untuk memastikan kalau yang mati itu memang Sangkal. Aku periksa ke depan pagar, dan...benar, dia itu Sangkal.
Lalu aku kembali ke rumah, dan memperhatikan Sloli. Nafasnya tinggal satu-satu. "Sa, kita nunggu Abah pulang. Abah izin dari kampus. Kita antar Sloli ke dokter hewan." Kata Mam lagi setelah ditelepon Abah dari kampus. Kami pun menunggu sambil sekali-sekali memeriksa Sloli. Akhirnya Abah pulang sekitar jam setengah sembilan atau kurang. Lalu Abah membungkus si Sangkal dengan plastik untuk nanti dikuburkan. Kami memasukkan Sloli ke dalam kantung kertas agar mudah membawanya. Dalam perjalanan, kami mampir ke pom bensin untuk isi bensin. Sementara Abah isi bensin, kami ke pinggir untuk memeriksa Sloli. Kami lihat, matanya redup, mulutnya menganga, perutnya tak bergerak. Sloli sudah mati. Aku sedih sekali. Sepanjang perjalanan pulang aku diam saja. Di rumah, Abah menggali kubur di kebun untuk Sangkal dan Sloli. Sementara aku dan Mama membereskan kandangnya. Melihat kandang yang tak ada penghuninya lagi itu, mataku terasa panas. Setelah itu kami kuburkan Sloli satu lubang dengan si Sangkal. Aku berkata, "dah, Sloli. Kasihan..." setelah itu, Abah melanjutkan ke kampus, sementara aku dan Mama duduk-duduk. Aku duduk sambil mengingat kenangan kami dengan Sloli. Bila kami keluar rumah, dia mengeong minta elus. Aduh, aku jadi tambah sedih. Tapi, aku ikhlas. Aku tidak menangis seperti kematian Probe dulu. Sekian, billahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar